Aspal Karet dan Kesejahteraan Petani
Oleh: Ransoter Marbun
PENGGUNAAN karet sebagai salah satu campuran aspal di Indonesia, cukup viral beberapa waktu lalu. Penyebabnya adalah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh pembangunan jalan di Indonesia, baik jalan tol, jalan nasional, hingga jalan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota mulai menggunakan campuran komoditas karet.
Meskipun penggunaannya telah diminta secara terbuka oleh Presiden Joko Widodo, misalnya saat bertemu dengan petani karet se-Sumatera Selatan di perkebunan rakyat Desa Lalang Sembawa, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3/2019), tetapi trend penggunaan karet sebagai campuran aspal bukanlah muncul baru-baru ini saja.
Sejak dua tahun terakhir, penggunaan karet sebagai campuran aspal sudah mulai digunakan pemerintah. Dimulai dari tahun 2015 ketika Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perindustrian dan Puslit Karet melakukan pengembangan aspal karet sebagai modifier aspal.
Selanjutnya di tahun 2017, dilakukan penghamparan di beberapa tempat. Penghamparan yang dilakukan antara lain pada ruas jalan raya Parung-Depok tanggal 5 November 2017. Penghamparan sepanjang 500 m untuk perkerasan aspal karet padat masterbatch dan 100 m untuk perkerasan aspal Pen 60 sebagai pambanding.(www.pusjatan.pu.go.id).
Pada tahun 2016, uji coba pemanfaatan karet sebagai campuran aspal sudah dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA) di Jl. Raya Sukabumi (Ruas Ciawi-Benda Km. 12), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 1 Desember 2016.
Menurut data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gabkindo), pengaspalan dilakukan sepanjang 200 m di satu sisi ruas Ciawi-Benda selebar 3,5 m dengan ketebalan 4 cm. Selanjutnya dilakukan uji coba skala penuh sepanjang 4,2 km. Campuran aspal yang digunakan merupakan jenis karet alam cair (lateks) sebanyak 7% dan aspal yang digunakan untuk uji coba skala penuh seberat 200 ton. Percobaan ini menyerap karet alam sebanyak 840 kg.
Saat ini, Kementerian PUPR sebenarnya sudah mulai melakukan implementasi pencampuran komoditas karet ke aspal pada pembangunan jalan di tiga provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi.
Stabilkan Harga Karet
Iklim Indonesia membuat tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di berbagai wilayah. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dengan temperatur 25-30 ℃, ketinggian tempat 1-600 mdpl, curah hujan antara 2.000-2.500 mm/tahun, dan dengan intensitas sinar matahari yang cukup yakni 5-7 jam per hari.
Hampir seluruh daerah di Indonesia memilki iklim seperti di atas. Hal ini mendorong petani Indonesia untuk menanam tanaman karet sebagai sumber penghasilan masyarakat seperti di daerah Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Lebih dari 2,5 juta kepala keluarga Indonesia menggantungkan diri dari komoditas tanaman karet di atas sekitar 3,4 juta hektar luas lahan perkebunan karet. Luasnya lahan karet ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara penghasil karet alam di dunia.
Berdasarkan data Gapkindo, perkiraan produksi karet tahun 2016 sebesar 3,182 juta ton, tahun 2017 mencapai 3,277 juta ton atau naik sekitar 2,98%. Dan saat ini, setiap tahun produksi karet alam Indonesia mencapai 3,2 juta ton. Hanya sebanyak 0,6 juta ton yang dimanfaatkan industri dalam negeri, sementara 2,4 juta ton lainnya di ekspor ke mancanegara.
Di Sumatera Utara, berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Sumut, pada tahun 2018 produksi karet sebanyak 559.695,84 ton dengan luas lahan 589.184,85 hektare. Dengan sentra penghasil karetnya ada di Labuhanbatu Utara, Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Deli Serdang, dan Langkat. (medanbisnisdaily.com, 20 Maret 2018)
Namun, menurunnya kondisi ekonomi dunia, membuat permintaan ekspor karet alam dalam negeri menurun cukup signifikan sehingga harga karet alam jatuh dan merugikan para petani. Melihat potensi yang dimiliki dari sektor perkebunan karet dan harga yang cenderung tidak stabil, Pemerintah mencoba memperbaiki kondisi ini dengan cara mengeluarkan kebijakan nasional pemanfaatan karet alam di berbagai sektor.
Salah satunya adalah dengan pemanfaatan karet alam dalam pembangunan infrastruktur PUPR agar harga karet kembali membaik. Tujuannya agar pasokan produksi karet yang berlebih dari petani bisa terserap dan harga karet di tingkat internasional tidak menurun.
Langkah Strategis
Harga karet di pasar global terus mengalami penurunan. Hingga akhir Februari 2019, harga karet berada di kisaran US$ 1,45 per kilogram (kg). Padahal di tahun 2011, harga karet pernah berada di angka US$ 5 per kg. Jika tidak diantisipasi dengan berbagai langkah strategis, maka berdampak kepada produktivitas masyarakat untuk bertanam karet.
Pemerintah Indonesia pun telah melahirkan satu kebijakan untuk mendorong agar harga karet tidak menurun terus menerus yakni melalui pemanfaatan karet alam dalam pembangunan infrastruktur PUPR, antara lain dengan cara menjadikannya (karet) sebagai campuran aspal.
Jika ekspor karet dalam negeri terus menurun dan harga di pasar global juga terus mengalami penurunan, maka akan berdampak kepada kesejahteraan petani karet itu sendiri. Pemanfaatan karet sebagai campuran aspal, sebenarnya hanyalah satu langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi karet tanah air.
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan agar pemanfaatan karet sebagai campuran aspal tetap maksimal, agar produksi karet petani semakin baik. Sehingga di sisi yang bersamaan, kesejahteraan petani karet pun tetap terjamin.
Langkah pertama adalah pemanfaatan karet sebagai campuran aspal harus dilakukan secara berkesinambungan, dan bukan hanya saat harga karet sedang menurun. Artinya, pemerintah harus menjamin pemanfaatan ini dengan mendorong BUMN dan Kementerian yang memiliki proyek infrastruktur yang membutuhkan karet, agar membeli karet dari petani. Dengan cara ini, diharapkan, harga karet semakin stabil dan kemudian harganya meningkat secara bertahap.
Langkah kedua adalah sudah saatnya industri di Indonesia melakukan hilirisasi dan industrialisasi produk karet. Program hilirisasi dan industrialisasi ini perlu dilakukan karena selama berpuluh-puluh tahun Indonesia selalu mengekspor bahan mentah.
Hilirisasi dan industrialisasi diperlukan agar bahan mentah diproses di dalam negeri sehingga diperoleh nilai tambah produk bahan mentah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan kerja, dan memberi peluang usaha di Indonesia. Lewat hilirisasi ini, diharapkan komoditas yang diekspor nantinya tidak lagi berupa bahan baku, tetapi sudah dalam bentuk produk turunan atau barang jadi.
Langkah berikutnya adalah terkait diplomasi. Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand, dan menyusul Malaysia. Indonesia pun tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan Internasional Rubber Consortium (IRCo). Dengan status produsen karet terbesar di dunia dan bergabung dalam organisasi produsen karet ini, Indonesia melalui kementerian terkait dapat melakukan diplomasi dengan organisasi-organisasi dan negara-negara produsen karet utama dunia untuk menstabilkan harga karet internasional pada tingkat yang menguntungkan (aman) bagi petani.
Ada jutaan petani di Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari karet. Kita tentu berharap, di tengah krisis harga karet, petani karet tetap bertahan dan lahannya tidak dijual. Namun, harapan ini tentunya harus dibarengi dengan berbagai kebijakan strategis dari pemerintah untuk menstabilkan harga karet. Dengan demikian, kesejahteraan petani karet tetap terjamin.(*)
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Unika Santo Thomas Medan. Anggota Komunitas Menulis Mahasiswa Unika Santo Thomas “Veritas”
"Opini tersebut juga sudah diterbitkan di Harian Analisa edisi; Kamis, 18 April 2019
Postingan Populer
-
Oleh : Ransoter Marbun Terucap kata-kata dalam bait perasaanku tentang mu Kamu pun tahu, kamu juga menyapa perasaanku Memberi harap...
-
Sumber: Public domain vectors Bundaran Hati Seperti mobil yang berlalu Melintasi dan mengelilingi hati ini Berjuta-juta ...
-
Fajar menemui hariku Berbisik padaku tentang hiruk pikuk dunia Memberi segudang ilmu, berikan aku kesempatan Fajar berbisik lagi Tent...
-
TANGGAL 12 Februari 2018 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan revisi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR dan...
-
Rasa bangga dan bahagia sungguh membuatku tidak pernah berhenti untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat-Nya kepa...
-
Indonesia Mengangkasa Oleh : Ransoter Marbun Negeriku yang indah dan memesona mata Kau kaya dalam rumpun, bahasa yang amat tak ternilai...
-
Malam jadi saksi Bulan dan bintang turut menyinari Sepenggal kisah terlanjur ku ucap Tetang rasa sedari dulu Namun... Ini sulit engkau terim...
-
Ditepi Jalan Ku telah mengayun roda kita hingga jauh Aku selalu berada didepan Engkau memelukku dengan hangatnya Hingga di tepi ja...
-
Kelapa sawit hingga saat ini merupakan komoditas pertanian andalan dari Indonesia. Berdasarkan data dari perkebunan kelapa sawit luas perk...
-
Aspal Karet dan Kesejahteraan Petani Oleh: Ransoter Marbun PENGGUNAAN karet sebagai salah satu campuran aspal di Indonesia, cukup viral b...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar