Oleh: Ransoter Marbun
Gambar.1 Belajar mandiri membaca buku pelajaran dengan Inisiatif
Sumber gambar : Dokumen pribadi
Pandemi
sudah enam bulan menjelajah di negeri Indonesia, perlahan pandemi Corona Virus Disease that was discovered in 2019
(Covid-19) atau virus corona mulai meruntuhkan satu per satu benteng dalam negara ini. Pandemi Covid-19 sekarang tidak
hanya meruntuhkan benteng ketahanan tubuh. Kini sudah menjurus ke banyak
benteng dari berbagai elemen kekuatan negara.
Kebijakan
seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dimaksudkan untuk
pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi
penyakit agar mencegah kemungkinan penyebaran penyakit. Adaptasi kebiasaan baru
(New Normal) kemudian muncul dengan
tetap jaga jarak aman dan tetap mematuhi protokol kesehatan dalam mencegah
penularan virus akhirnya diterapkan.
Keresahan
dari berbagai pihak kemudian muncul terhadap dunia pendidikan, yang mana
pendidikan merupakan salah satu fondasi dalam pembangunan suatu bangsa. Jika
pendidikan kemudian dikesampingkan tentu akan berdampak pada keberlanjutan
suatu bangsa.
Beberapa
metode pembelajaran sudah diterapkan seperti metode pembelajaran jarak jauh
(PJJ) yakni penerapan belajar secara daring atau kegiatan belajar yang
dilaksakan sesuai zona di masing-masing daerah. Seperti pergi ke sekolah hanya
satu kali dalam seminggu dengan guru memberi pengajaran singkat dan memberikan
tugas bagi peserta didik untuk belajar secara mandiri di rumah.
Namun,
pada metode pembelajaran seperti ini tentu tidak efektif bagi antara siswa
maupun tenaga pendidik. Baik dalam bidang penguasaan ilmu, keterbatasan antara
interaksi guru dan siswa, sarana dan soal pengembangan karakter. Ini sebagian
kecil dari banyak persoalan pendidikan
di Indonesia.
Berbicara
tentang pengembangan karakter, seorang siswa berkembang dari apa yang mereka
butuhkan dan apa yang mereka dapatkan yang sangat berhubungan erat dengan kreatifitas
dan kognitif dari seorang siswa.
Dalam
kondisi ini justru akan melahirkan karakter baru bagi seorang siswa, sebab
mereka langsung beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal ini memang terkadang
ambigu, karakter seperti apa yang
dimaksud akan muncul? Nah, saat berada dilingkungannya yang baru ditambah
dengan kebutuhan-kebutuhan baru seorang siswa akan berpikir secara kritis
tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan.
Seperti
halnya jika sebelumnya seorang siswa ingin belajar mata pelajaran Bahasa
Inggris dan Matematika, dimana sewaktu
belajar biasa disekolah siswa dapat langsung paham karena seorang guru menjelaskan
dengan detail, guru memberikan waktu untuk sesi tanya sebab guru paham mengenai
ekpresi emosinal yang muncul dari seorang sisiwa dan kemudian memberikan
beberapa contoh hingga siswa/i mahir berbahasa inggris dan matematika saat kembali ke rumah.
Namun,
dengan keterbatasan waktu guru dalam
menjelasakan waktu mengajar saat pandemi, hal ini sulit untuk tercapai. Dalam
posisi ini, seorang siswa akan merasa kurang puas dengan ilmu yang didapat dari
sekolah. Kemudian yang tejadi adalah dia akan berusaha belajar mandiri, membaca
berbagai sumber, mencari tahu tip-tip dari berbagai aplikasi seperti youtube,
bimbingan belajar online atau meminta bantuan kepada kakak kelas dengan lebih
giat lagi sebab siswa tersebut merasa butuh dengan ilmu tersebut.
Pada
dasarnya, sebelum pandemi ini terjadi sudah banyak yang telah melakukannya dalam mengecap ilmu lebih lagi.
Tidak juga bisa kita pungkiri bahwa orang tua menjadi mentor yang paling utama
dalam memonitoring dan memotivasi
belajar seorang siswa. Dengan adanya adaptasi baru ini akan lebih
memunculkan karakter-karakter siswa
selama di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar